EKSTRAKSI PELARUT
A. Pendahuluan 
1. Deskripsi Singkat
            Bab ini akan membahas tentang ekstraksi pelarut
 adalah teknik pemisahan menyangkut distribusi suatu zat terlarut 
(solut) diantara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Tekinik 
ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan besrsih baik 
utuk zat organik maupun zat anorganik. Cara ini juga dapat digunakan 
untuk analisis makro maupun mikro.
2. Relevansi
            Pembahasan materi dalam bab ini sangat erat kaitannya dengan bab sebelumnya maupun bab selanjutnya. Dalam bab ini  mahasiswa akan memahami  dasar pemisahan cara ekstraksi pelarut serta berbagai macam ekstraksi pelarut yang digunakan dalam pemisahan kimia.
3. Tujuan
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat :
- Menguasai dan memahami teori pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut.
 - Menjelaskan tentang koefisien distribusi dan angka banding distribusi
 - Menjelaskan ekstraksi sederhana, ekstraksi kantinu(sampai habis) dan ekstraksi arah berlawanan.
 
B. Uraian
      Ekstraksi
 pelarut adalah teknik pemisahan dimana larutan konstituen dalam air 
(umumnya), dibiarkan berhubungan dengan pelarut lain (umumnya pelarut 
organik) dengan syarat bahwa pelarut kedua ini tidak bercampur dengan 
pelarut yang pertama.
 Dapat pula dikatakan bahwa  ekstraksi
 pelarut adalah teknik pemisahan menyangkut distribusi suatu zat 
terlarut (solut) diantara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. 
Cara ini akan mengakibatkan bahwa beberapa konstituen akan pindah dari 
pelarut pertama ke pelarut kedua. Untuk mempercepat pemisahan ini, maka 
kedua larutan dimasukkan kedalam corong pemisah dan dikocok beberapa 
lama. Cara mengocok inipun tidak perlu dilakukan terlalu keras, sekedar 
membolak-balikkan corong beberapa kali sudah cukup untuk menghasilkan 
pemisahan yang diinginkan. Teknik pemisahan ini dapat diterapkan 
terhadap konsetrasi renik ataupun konsentrasi agak besar konstituen yang
 bersangkutan
4.1. Dasar-dasar Hitungan
Agar
 solut A terdistribusi antara dua fasa atau pelarut 1(organik) dan 
2(air), yang saling tidak bercampur satu sama lain, harus berlaku hukum 
distribusi Nernst sebagai berikut:
Kd
 dinamakan koefisien distribusi atau koefisien partisi. Hukum ini hanya 
dapat diterapkan terhadap larutan Sangat encer, karena dalam larutan 
encer perbandingan keaktifan mendekati satu. Hukum ini juga tidak 
berlaku apabila spesies yang terdistribusi mengalami disosiasi, asosiasi
 ataupun pengkompleksan dalam masing-masing pelarut. Karena dalam 
masing-masing pelarut selalau ada kemungkinan terjadinya disosiasi, 
asosiasi ataupun pengkompleksan, koefisien distribusi ini tidak dapat 
dipakai dengan sempurna. Lebih baik jika dipakai pembanding distribusi, 
D, berupa angka banding konsentrasi analitik solut atau konstituen dalam
 kedua pelarut yang saling tidak bercampur satu sama lain. Untuk sistem 
sederhana tidak ada perbedaan antara koefisien distribusi ataupun 
pembanding distribusi, karena hanya ada sebuah spesies.
Jika
 misalnya yang diekstraksi adalah asam lemah dari larutannya dalam air 
kedalam pelarut organik, maka harus dipakai pembanding distribusi  sebagai berikut:
dimana [CHA] menggambarkan konsentrasi anlitik HA baik dalam larutan air maupun pelarut organik. Perlu diketahui bahwa didalam air ;                         CHA  =    [HA(Aq)]    +      [A-(Aq) ]  sedangkan dalam pelarut organik, HA tidak mengalami penguraian berarti sehingga C [org]   =   [HA(org)]. Berdasarkan pnjelasan ini dapat dituliskan:
...........................................(2)
Dimana [A] adalah hasil penguraian HA dalam air, yang dapat diganti dengan
[A]      =      Ka [HA]/[H3O+]...................................(3)
Sehingga rumus D diatas disusun ulang  menjadi,


            Persamaan
 terakhir ini dapat dipakai untuk menghitung pembanding distribusi dan 
kuantitas HA terekstraksi dari larutan air dengan harga pH berbeda-beda.
Contoh soal jika koefisien distribusi HA antara air dan eter adalah 800, tetapan asamnya adalah 1,50 x 10-5
 , hitung konsentrasi analitik HA yang tertinggal dalam air, estela 50 
mL 0,0500M HA dalam air diekstraksi dengan 25,0 mL eter, jira pH larutan
 mula-mula adalah a) 2,00 dan b) 8,00.
Solusi. Mula-mula harus dihitung harga D dengan rumus diatas, didapat untuk :
a)   pH  =   2,00
      D   =   {Kd*[H3O+]/[ H3O+]  +  Ka}  = 799   =    Co/Ca .
      Co dan Ca  adalah berturut-turut konsentrasi analitik dalam organik dan air. 
      Setelah ekstraksi jumlah mmol total HA tidak berubah yaitu sebesar:
      50,0 mL x  0,0500M = 2,5 mmol = 50,0 Ca  +  25,0  x  Co. Akhirnya didapat 
      50,0 Ca  +  25,0  x  799  Ca   =   2,5 mmol, atau Ca =  1,25  x  10-4 M
b)   pH  =  8,00
      D   =  0,533
      Ca  = 3,95  x   10-2 M.
4.2. Kesempurnaan Hasil Ekstraksi
Ekstraksi dapat dilakukan cukup satu kali saja, atau dapat juga dilakukan berulang kali.  Jika misalnya dalam V0 mL larutan air terdapat A0 mmol HA yang diekstraksi kemudian memakai V0 mL pelarut organik, maka dalam keadaan kesetimbangan sisa mmol HA dalam air adalah A1 sedangkan (A0 – A1) mmol HA terdistribusi kedalam pelarut organik. Konsentrasi analitik HA dalam tiap lapisan pelarut adalah,
C0   =   (A0  -   A1) /  V0   dan   Ca   =   A1   -   V0. 
Berdasarkan hubungan D   =   C0/Ca   didapat:
                           A1   =   A0 x 
…………………..………(4)
Jika
 ekstraksi dilakukan satu kali lagi memakai volum pelarut organik yang 
sama jumlahnya dengan yang dipakai pertama kali, akan didapat,
                           A2  = A0 x 
…………………………..(5) 
…………………………..(5) 
Persamaan
 5 diatas adalah sisa mmol HA yang tertinggal dalam air setelah 
ekstraksi dua kali. Secara umum jika dilakukan ekstraksi n kali, setiap 
kali memakai jumlah V0  yang sama dapat diturunkan bahwa sisa HA tertinggal dalam air adalah,
                           An  = A0 x 
…………………………..(6) 
Dengan memakai konsentrasi analitik awal dan akhir HA dalam air, rumus terakhir diatas dapat disusun ulang menjadi,
  (Ca)n    =   (Ca)o  x  
…………………………(7)
Contoh soal. Pembanding distribusi I2 antara CCl4 dan H2O adalah 85,0. Hitung sisa konsentrasi I2 tertinggal jika 50,0 mL larutan 1,00  x  10-3 M I2 dalam air disekstraksi dengan a) 1  x  50,0 mL CCl4, b) 2  x  25 mL CCl4 dan c) 5  x  10 mL CCl4.
Solusi. Dipakai rumus (7) dan memperhatikan bahwa V0 pada setiap kali ekstraksi tidak sama.
a)  (Ca)1    = 
(1,0 x 10-3 M) = 1,16 .10-5 M
b)  (ca)2   = 
(1,0 x 10-3 M) = 5,28 .10-7 M
c)  (ca)5   = 
(1,0 x 10-3 M) = 5,29 .10-10 M
Hasil
 hitungan diatas ini menunjukkan bahwa ekstraksi berulang memperbaiki 
efisiensi ekstraksi tetapi hasil perbaikan ini menurun dengan cepat 
dengan bertambahnya jumlah ekstraksi. Hitungan diatas membuktikan bahwa 
ekstraksi lebih dari 5 kali tidak memperlihatkan perbaikan berarti dalam
 efisiensi ekstraksi.
Berdasarkan
 kesetimbangan distribusi antara pelarut yang saling tidak bercampur, 
dapat dibedakan tiga prosedur pemisahan, yaitu a) ekstraksi bertahap 
(sederhana), b) ekstraksi kontinyu (sampai habis) dan c) ekstraksi 
dengan  arah berlawanan.
a.      Ekstraksi sederhana : Apabila
 harga pembanding distribusi salah satu spesies dalam campuran cukup 
menguntungkan (faktor D = 5 – 10 atau lebih besar), sedangkan nilai 
pembanding distribusi spesies lainnya sangat tidak menguntungkan (faktor
 D  <0,001), style="">
 
Gambar 4.1 Corong Pisah
a)      Ekstraksi Kontinyu (sampai habis)  
Ekstraksi
 sampai habis memungkinkan pemisahan komponen-komponen dalam campuran 
yang mempunyai nilai pembanding distribusi kurang menguntungkan (D 
<1)>Dipakai peralatan khusus, didalam 
mana pelarut organik secara otomatis disuling, didinginkan dan dialirkan
 secara terus menerus melalui lapisan air. Hasil ekstraksi setara dengan
 beberapa ratus kali ekstraksi memakai pelarut murni organik, dapat 
diperoleh dalam waktu  kurang lebih satu jam memakai peralatan yang tidak terlalu banyak memerlukan perhatian.
b)      Ekstraksi dengan arah berlawanan menurut Craig
Metoda
 ekstraksi ini dikenal dengan metoda ekstraksi Craig. Metoda ini 
merupakan salah satu dari berbagai cara untuk memisahkan dua zat atau 
lebih, apabila perbandingan distribusi (D) dari zat-zat tersebut 
perbedaannya kecil sekali. Proses ”counter current Craig” ini
 merupakan fraksionasi secara bertahap dengan menggunakan peralatan 
khusus. Alat yang digunakan pada prinsipnya terdiri dari sejumlah besar 
(bisa 100 atau lebih) tabung-tabung pengekstrak yang identik, yang 
berfungsi sebagai corong pemisah. Seperti yang disajikan pada gambar 4.2
 tabung-tabung pengekstrak itu diberi nomor dari nol (0) dan seterusnya,
 yang disimbulkan dengan r. Pada proses selanjutnya, setelah dilakukan 
pengocokkan untuk mencapai kesetimbangan distribusi, maka fasa atas yang
 lebih ringan dari pada fasa bawah dipindahan ke tabung nomor 
berikutnya, yang sudah mengandung fasa bawah yang baru. Pengocokkan dan 
pemindahan ini dilakukan berulang kali. Jumlah kali pemindahan 
dinyatakan dengan n, yang bermula dari nol. Agar lebih jelas, marilah 
kita ikuti contoh berikut, yaitu distribusi 1000 mg zat X, dengan Dx = 1, Va  =   V0, menurut skema yang tertera pada gambar 4.2, sampai 5 tahap pertama.
   
 
  |        
0 
 |        
1 
 |        
2 
 |        
3 
 |        
4 
 |   ||||||||||||||||||||||
    0 |       
  |       
  |       
  |       
  |       
  |   ||||||||||||||||||||||
    1 |       
  |       
  |       
  |       
  |       
  |   ||||||||||||||||||||||
    2 |       
  |       
  |       
  |       
  |       
  |   ||||||||||||||||||||||
    3
  |       
  |       
  |       
  |       
  |       
  |   ||||||||||||||||||||||
    4
  |       
  |       
  |       
  |       
  |       
  |   ||||||||||||||||||||||
|     
Faktor total dalam tiap tabung   pada n =4 
 |        
0,0625 
 |        
0,250 
 |        
0,375 
 |        
0,250 
 |        
0,0625 
 |   
Gambar 4.2.    Skema Ekstraksi untuk Suatu Solut Tunggal Menurut Ekstraksi Arah Berlawanan dar Craig, Untuk D = 1 dan Volume kedua fasa sama
            Dari
 gambar 4.2 dapat dilihat pada langkah awal (n=0) 1000 mg zat terlarut 
dalam fasa air ditambahkan fasa organik (misalnya eter) dengan volume 
sama (Va  =  V0).
 Setelah dikocok dan tercapai kesetimbangan distribusi, maka fasa atas 
(fasa organik=fasa eter) akan berisi 500 mg zat X, demikian juga fasa 
bawah (fasa air). Pada langkah selanjutnya fasa atas dipindahkan ke 
tabung 1yang sebelumnya telah berisi fasa air, sedangkan pada tabung 0 
diisi lagi fasa organik segar. Setelah kedua tabung dikocok dan tercapai
 kesetimbangan, distribusi zat X dalam kedua tabung masing-masing adalah
 250/250 (lihat gambar). Sekarang fasa atas tabung 1 dipindahkan ke 
tabung 2 yang sebelumnya telah berisi fasa air, dan fasa atas tabung 0 
dipindah ke tabung 1. Tabung 0 diisi lagi dengan fasa organik segar dari
 reservoir. Setelah ke tiga tabung dikocok dan mencapai kesetimbangan, 
maka distribusi zat X dalam ketiga tabung tersebut berturut-turut adalah
 125/125; 250/250; 125/125. Begitu seterusnya langkah-langkah itu 
dikerjakan sampai pada n = 4. Pada setiap langkah selalu diisi fasa 
pelarut organik segar dari reservoir. Untuk n<50, style="">  rumus:

 Dimana F n , r = fraksi solut yang terkandung dalam tabung ke r setelah n kali pemindahan.
D  =  perbandingan distribusi.
Simbol ! adalah fungsi faktorial. Contoh: 4!  =  4  x  3  x  2  x  1  =  24
4.3. Ekstraksi Ion Logam  sebagai Kelat
Pada
 umumnya pereaksi organik pembentuk kelat merupakan asam-sam lemah yang 
beraksi dengan ion-ion logam dan membentuk kompleks-kompleks netral yang
 sangat mudah larut dalam pelarut organik seperti misalnya eter, 
hidrokarbon, keton dan spesies terklorinasi seperti misalnya kloroform 
ataupun tetraklor. Nilai pembanding distribusi untuk macam-macam 
pereaksi ini sangat beragam untuk kation-kation dan dapat diatur 
berdasarkan perubahan pH dan konsentrasi pereaksi; memungkinkan 
dilakukannya pemisahan secara ekstraksi yang sangat berguna.
a). Pengaruh pH dan konsentrasi pereaksi terhadap pembanding distribusi
      Beberapa
 pereaksi pembentuk kelat terbukti sangat berguna untuk pemisahan 
berdasarkan ekstraksi selektif ion logam dari larutan buffer dalam air 
kedalam pelarut bukan air yang mengandung pereaksi ini. Proses ini 
melibatkan berbagai spesies dan kesetimbangan, seperti yang terlihat 
pada 
![]()  |   
   
  |   
Kesetimbangan –kesetimbangan penting yang dipakai adalah:
............9)  
............(10)
Baik
 pereaksi kelat organik maupun kompleks kelat logam netral sangat mudah 
larut dalam pelarut organik sehingga koefisien distribusi Kd1 dan Kd2 mempunyai nilai numerik cukup besar. Lagipula, konsentrasi M n +
 dalam lapisan organik bersifat non polar mendekati harga nol. 
Keselektifan pereaksi ditentukan oleh nilai relatif tetapan pembentukkan
 Kf dari berbagai kation. Dari persamaan (9) dapat dilihat bahwa konsentrasi spesies aktif L- bergantung pada pH. Dengan mengatur pH larutan, dapat diatur konsentrasi L- dan menentukan kation-kation manakah terektraksi dan kation manakah yang tidak terekstraksi.
Untuk
 menentukan persamaan yang menggambarkan hubungan antara jumlah kation 
terekstraksi dengan pH serta konsentrasi pereaksi pembentuk kelat, 
dipakai pembanding distribusi; untuk sistem yang dibahas diatas menjadi :
........................................(12)
Dengan Corg dan Caq dimaksudkan konsentrasi molar analitik M n + dalam fasa organik dan fasa air. Secara umum anggapan bahwa [ MLn (aq)]  <<  [M n +(aq)]
 cukup beralasan, mengingat bahwa 1) kelat logam tidak mudah larut dalam
 air dan 2) kelat terlarut dalam air sebagian besar terurai.
Nilai
 D tidak tergantung pada jumlah total logam dalam kedua fasa tetapi 
bergantung pada konsentrasi HL dalam fasa organik maupun pada 
konsentrasi ion hidronium dalam fasa air.
Jika CL menggambarkan konsentrasi molar asli HL dalam fasa organik maka sesuai neraca masa akan berlaku,
      CL  =  [HL(org)]  +   [HL(aq)]  +  [L – (aq)+)]   +   n[ MLn(aq)]  +      n [HL n (org)] 
Umumnya
 ekstraksi dilakukan dengan memakai pereaksi pembentuk kelat dalam 
jumlah berebihan dan ini mengakibatkan bahwa konsentrasi spesies HL 
dalam lapisan organik jauh melampaui konsentrasi spesies lainnya yang 
mengandung L. Neraca masa diatas disederhanakan menjadi:
      CL   =   [HL(org))                               ...........................................  (13)
Jika persamaan (10) dikalikan dengan persamaan (11) dan dilakukan penyusunan ulang akan diperoleh,
      [MLn(org)]   =   Kf x Kd2 x [Mn+(aq)][L-(aq)]n
Substitusi kedalam persamaan (12) akan menghasilkan
Dengan membagi persamaan (9) oleh persamaan (8) akan didapat hasil yang memungkinkan menyatakan [L- (aq)] dalam [H3O+] dan [HL(org) ] :
                              [ L- (aq) ]    =    Ka/Kd1   x  
................................(15)
Substitusi persamaan terakhir ini dan persamaan (13) kedalam persamaan (14) menghasilkan hubungan yang diinginkan,
.............................................(16)
         dimana  Kex = Kf x Kd2 x Kan  /  Kd1n
C. Latihan
Timbal membentuk kompleks netral PbI2 dengan ligan L- . Nilai Kex ditentukan lewat eksperimen dan didapat harga 2,0  x  104 sesuai distribusi kompleks ini antara air dan CCl4.  25,0 mL larutan 5,00  x  10-4 M Pb2+ dan 0,500 M HClO 4 dalam air diekstraksi dua kali dengan 10,0 mL CCl4 berkonsentrasi 0,0250 M dalam HL. Hitung persen Pb2+ yang tidak terekstraksi dalam fasa air.
D. Petunjuk Soal Latihan  
            Untuk
 menjawab soal latihan, pelajari contoh-contoh yang sudah disajikan 
dalam uraian bab ini. Pergunakan persamaan (16) untuk mencari D sehingga
 % Pb2+ tak terktraksi adalah 0,23%.
E. Rangkuman
            Ekstraksi
 pelarut adalah teknik pemisahan dimana larutan konstituen dalam air 
(umumnya), dibiarkan berhubungan dengan pelarut lain (umumnya pelarut 
organik) dengan syarat bahwa pelarut kedua ini tidak bercampur dengan 
pelarut yang pertama. Cara ini akan mengakibatkan bahwa beberapa 
konstituen akan pindah dari pelarut pertama ke pelarut kedua. Untuk 
mempercepat pemisahan ini, maka kedua larutan dimasukkan kedalam corong 
pemisah dan dikocok beberapa lama. Teknik pemisahan ini dapat diterapkan
 terhadap konsetrasi renik ataupun konsentrasi agak besar konstituen 
yang bersangkutan. 
            Alat yang digunakan selain corong pemisah dapat juga berupa alat ekstraksi khusus untuk ekstraksi kontinyu, dan alat Counter Curent Craig
 . Teknik ekstraksi dapat dibedaan menjadi a) ekstraksi sederhana, b) 
ekstraksi kontinyu (ekstraksi sampai habis) dan c) ekstraksi arah 
berlawanan. 
            Dalam
 ekstraksi dikenal koefisien distribusi (Kd) dan pembanding distribusi 
(D). Kd ini hanya dapat diterapkan terhadap larutan sangat encer, karena
 dalam larutan encer perbandingan keaktifan mendekati satu. Hukum ini 
juga tidak berlaku apabila spesies yang terdistribusi mengalami 
disosiasi, asosiasi ataupun pengkompleksan dalam masing-masing pelarut, 
sedangkan pembanding distribusi, D, berupa angka banding konsentrasi 
analitik solut atau konstituen dalam kedua pelarut yang saling tidak 
bercampur satu sama lain.
            Salah
 satu kegunaan penting dari ekstraksi adalah ekstraksi ion logam sebagai
 kelat. Untuk dapat diekstraksi ion logam diubah dulu menjadi 
kompleks-kompleks netral yang sangat mudah larut dalam pelarut organik 
seperti misalnya eter, hidrokarbon, keton dan spesies terklorinasi 
seperti misalnya kloroform ataupun tetraklor.
F. Tes Formatif
1.   Apa yang dimaksud dengan ekstraksi pelarut?
2.   Apa yang dimaksud dengan koefisien distribusi dan angka banding distribusi?
3.   Tuliskan perbedaan a) ekstraksi sederhana, b) ekstraksi kontinyu dan c) ekstraksi arah berlawanan.
4.   Bagaimanakan Pengaruh pH dan konsentrasi pereaksi terhadap pembanding distribusi dalam ektraksi ion logam sebagai kelat.
5.   Gambarkan peralatan yang digunakan pada ekstraksi sederhana serta ilustrasi dari kedua fasa yang tidak saling bercampur. 
G.  Umpan Balik dan Tindak Lanjut
                  Untuk
 mengetahui tingkat keberhasilan anda dalam menjawab soal-soal yang ada,
 bandingkan hasil jawaban anda dengan kunci jawaban dibagian akhir modul
 ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah 
untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi ini, rumus : 
Tingkat Penguasaan = Jumlah jawaban yang benar  x 100 %
     Jumlah soal tes formatif
Arti tingkat penguasaan yang anda capai ;
90 % - 100 %    =   Baik Sekali 
80 % - 90 %      =   Baik 
70 % - 80 %      =   Sedang
< style="">              =   Kurang 
Jika
 anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas. Anda dapat melanjutkan 
kegiatan belajar selanjutnya. Tetapi jika tingkat penguasaan anda masih 
dibawah 80 % sebaiknya anda mengulang kegiatan belajar ini dengan 
sungguh-sungguh, terutama bagian yang anda belum anda kuasai.
H. Jawaban Tes Formatif
1.   Ekstraksi
 pelarut adalah teknik pemisahan dimana larutan konstituen dalam air 
(umumnya), dibiarkan berhubungan dengan pelarut lain (umumnya pelarut 
organik) dengan syarat bahwa pelarut kedua ini tidak bercampur dengan 
pelarut yang pertama.
2.   Koefisien
 distribusi adalah, jika solut A terdistribusi antara dua fasa atau 
pelarut 1(organik) dan 2(air), yang saling tidak bercampur satu sama 
lain, harus berlaku hukum distribusi Nernst sebagai berikut:
Kd dinamakan koefisien distribusi atau koefisien 
Pembanding
 distribusi, D, berupa angka banding konsentrasi analitik solut atau 
konstituen dalam kedua pelarut yang saling tidak bercampur satu sama 
lain. 
3.   Ekstraksi
 Sederhana. Apabila harga pembanding distribusi salah satu spesies dalam
 campuran cukup menguntungkan (faktor D = 5 – 10 atau lebih besar), 
sedangkan nilai pembanding distribusi spesies lainnya sangat tidak 
menguntungkan (faktor D  <0,001),>
      Ekstraksi Kontinyu.  Ekstraksi
 ini memungkinkan pemisahan komponen-komponen dalam campuran yang 
mempunyai nilai pembanding distribusi kurang menguntungkan (D <1)>
Ekstraksi
 Arah Berlawanan. Metoda ekstraksi ini dikenal dengan metoda ekstraksi 
Craig. Metoda ini merupakan salah satu dari berbagai cara untuk 
memisahkan dua zat atau lebih, apabila perbandingan distribusi (D) dari 
zat-zat tersebut perbedaannya kecil sekali.
4.   Dengan mengatur pH larutan, dapat diatur konsentrasi L- dan menentukan kation-kation manakah terektraksi dan kation manakah yang tidak terekstraksi.
5.   Gambar dari perlatan corong pisah yang digunakan pada ekstraksi sederhana.
 
I. Daftar Pustaka
Hadisoebroto, D.N, 1990. Dasar-Dasar Analisis dan Pemisahan Kimia , Bandung, ITB. 
Skoog, D.A, 1980. Principles of Instrumental Analysis. Tokyo: Holf Saunders Editions.
Skoog, D.A, 1982. Fundamental of Analytical Chemistry New York: Holtz Saunders Company.
Soebagio, dkk., 2003. Kimia Analitik II, Malang. Universitas Negeri Malang.






Tidak ada komentar:
Posting Komentar