LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM DASAR – DASAR
PEMISAHAN ANALITIK
PERCOBAAN V
IDENTIFIKASI
KURKUMIN
PADA KUNYIT
SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
DISUSUN OLEH :
BAMBANG
441410046
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2012
PERCOBAAN V
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
A.
JUDUL : Identifikasi Kurkumin pada Kunyit secara
Kromatografi Lapis Tipis
B.
Tujuan :
Identifikasi senyawa sampel yang mengandung kurkumin dengan menggunakan KLT..
C.
Dasar Teori
- Kurkumin dari Kunyit
a. Pengertian
Kurkumin atau kurkuminoid adalah suatu campuran yang kompleks berwarna
kuning oranye yang diisolasi dari tanaman dan memiliki efek terapeutik,
terdapat pada berbagai jenis Curcuma
sp, antara lain pada kunyit dan temulawak, yang telah dikenal di kalangan
industri jamu/obat tradisional dan banyak digunakan sebagai bahan baku dalam
ramuan jamu[1].
Kurkumin atau seringkali juga
disebut sebagai kurkuminoid adalah suatu campuran yang kompleks berwarna kuning
oranye yang diisolasi dari tanaman dan memiliki efek terapeutik. Kurkumin
sebenarnya terdiri dari tiga macam kurkumin, yaitu kurkumin I (deferuloyl
methane), kurkumin II desmethoxy-kurkumin (feruloyl-p-hydroxy-cinnamoylethane)
dan kurkumin III (bis-desmethoxy-kurkumin (bis-(p-hydroxycinnamoyl)-methane).[2]
b. Kegunaan Kurumin
Kurkumin baik dari kunyit dan temulawak, telah terbukti secara ilmiah
melalui berbagai pengujian pre-klinik dan klinik, berkhasiat untuk mengobati
berbagai macam penyakit degeneratif seperti kardiovaskular, stroke, reumatik,
sebagai anti oksidan yang mengikat radikal bebas, penurun kadar lipid darah,
meluruhkan plak pada otak penderita penyakit Alzheimer, kemampuan memerangi sel
kanker dan infeksi virus maupun bakteri.
Kunyit maupun temulawak sangat
prospektif untuk dikembangkan menjadi berbagai produk obat bahan alam seperti
minuman kesehatan, pangan fungsional (nutraseutikal), kosmeseutikal (kometik
dan produk kesehatan pribadi), jamu, herbal terstandar dan fitofarmaka dengan
label global (global brand)[3].
- Kromatografi
lapis tipis
a.
Pengertian
` Pemisahan komponen kimia berdasarkan
prinsip adsorbsi dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan
fase gerak (eluen), komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena
daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga
komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat
kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan[4].
b. Prinsip Dasar
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip partisi dan adsorpsi secara
selektif karena adanya perbedaan daya serap terhadap adsorben dan kelarutan
komponen kimia terhadap cairan pengelusi[5].
Metode pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan distribusi
molekul-molekul komponen antara dua fasa ( fasa gerak dan fasa diam ). Yang
kepolarannya berbeda. Apabila molekul-molekul kompinen berinteraksi secara
lemah dengan fasa diam maka komponen tersebut akan bergerak lebih cepat
meninggalkan fasa diam,. Keberhasilan pemisahan kromatografi bergantung pada
daya inteaksi komponen-komponen campuran dengan fasa diam dan fasa gerak. Apabila dua atau lebih komponen memiliki daya
intaraksi dengan fasa diam atau fasa gerak yang hampir sama maka komponen
tersebur sulit dipisahkan[6].
c. Proses kromatografi
Kromatografi digunakan untuk
memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk
kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau
kombinasi cairan-padatan) dan fase
gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam
dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen
yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Kita akan membahasnya lebih lanjut..
Pada dasarnya kromatografi lapis tipis sangat mirip dengan kromatografi
kertas, terutama pada cara melakukannya. Perbedaan nyata terlihat pada media
pemisahannya, yakni digunakannya lapis tipis adsorben halus yang tersangga pada
papan kaca, aluminium atau plastik sebagai pengganti kertas. Lapisan tipis
adsorben ini pada proses pemisahan berlaku sebagai fase diam[7].
Pelaksaanan
kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina
yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras.
Jel
silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis
tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam
sinar ultra violet, alasannya akan dibahas selanjutnya. Fase gerak merupakan
pelarut atau campuran pelarut yang sesuai[8].
Umumnya, fase diam bersifat polar, dan
senyawa polar akan melekat lebih kuat pada lempeng daripada senyawa nonpolar
akibat interaksi tarik-menarik dipole-dipol. Senyawa polar
cenderung berdekatan dengan tempat semula dibandingkan senyawa nonpolar.
Senyawa nonpolar kurang melekat erat pada fase diam polar sehingga bergerak
maju lebih jauh ke atas lempeng. Jadi, jarak tempuh ke atas lempengan merupakan
cerminan polaritas senyawa. Peningkatan polaritas pelarut akan menurunkan
interaksi senyawa dengan fase diam sehingga memungkinkan senyawa dalam fase
gerak bergerak jauh pada lempeng.
Campuran
hasil reaksi diteteskan bersamaan dengan zat mula. Pelarut kemudian dibiarkan
bergerak naik pada lempeng dan akan diketahui bahwa hampir seluruh zat mula
menghilang dan dua produk terbentuk[9].
D. Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat soxhletasi Neraca analitik Alat evaporasi
Kertas saring Erlenmeyer Penangas
Cember Plat
KLT Kaca
Pipet
tetes
2. Bahan
No
|
Bahan
|
Sifat
kimia
|
1
|
Serbuk temulawak
|
Non polar
|
2
|
n-heksan
|
Elektrolit kuat
|
3
|
Kloroform
|
Semi polar
|
4
|
Dietyl eter
|
Non polar
|
5
|
Metanol
|
Semi polar
|
6
|
Kurkumin standar
|
Polar
|
E. Prosedur Kerja
- Mengekstraksi Serbuk Temulawak
Serbuk kunyit
|
-
Ditimbang
sebanyak 25 gr
-
Dibungkus
dengan kertas saring
|
25 gr tepung
kunyit
|
-
Dimasukkan
kedalam tempat ekstraktor soxhlet
-
Memasukkan
200 mL n-hexan dan batu didih kedalam labu bulat
-
Mengalirkan
air pada pendingin
|
Labu alas bulat
200 mL n-heksan + batu didih
|
-
Dipanaskan
dengan penangas air
-
Ekstraksi dilakukan sampai sebuk terekstraksi
sempurna
-
Didinginkan
-
Menguapkan pelarut dengan cara evaporasi pada
evaprator
|
ekstrak (minyak
kunyit)
|
-
Ditimbang
|
Residu
|
|
- Identifikasi Kurkumin Minyak Kunyit secara KLT
Ekstrak minyak kunyit
|
-
Diambil
dengan piper mikro
-
Di totolkan pada plat
KLT
-
Dimasukkan dalam cember yang berisi eluen
-
Mengamati kerja Rf
-
Mengamati warna yang terbentuk
-
Menggambarkan
|
Bercak-bercak
noda pada plat KLT (warna kuning)
|
F.
Hasil Pengamatan
- Hasil
pengamatan I
No
|
Perlakuan
|
Hasil
pengamatan
|
1
|
Mengiris
daging buah kunyit
|
Irisan
daging kunyit
|
2
|
Menggerus
kunyit yang telah diiris
|
kunyit
halus
|
3
|
Menimbang
25 gram
|
25
gram kunyit
|
4
|
Membungkus
dengan kertas saring
|
Bungkusan
kunyit
|
5
|
Memasukkan
dalam tempat ekstraksi soxhlet
|
Bungkusan
kunyit dalam klonsong
|
6
|
Mengisi
300 mL n-heksan dan batu didih dalam labu alas bulat
|
Larutan
n-heksan dan batu didih dalam labu alas baulat
|
7
|
Mengalirkan
pendingin air
|
Air
mengalir ke kondensor
|
8
|
Memanaskan
labu alas bulat dengan penangas air
|
Larutan
mendidih
|
9
|
Mengekstraksi
sampel selama 3 jam
|
Terjadi
22 kali sirkulasi
|
10
|
Mendinginkan
labu alas bulat
|
Larutan
dingin
|
11
|
Menguapkan
pelarut dengan cara evaporasi pada evaporator
|
Terjadi
penguapan
|
12
|
Menimbang
minyak kunyit dari residu
|
13,04
gram minyak kunyit + botol vial
|
13
|
Minyak
kunyit ditotolkan pada lapis tipis dan dimasukkan
dalam chember yang berisi eluen
|
Noda
bergerak menuju bagian atas lempeng
|
14
|
Mengamati warna noda
|
Warna
bintik- bintik kuning
|
15
|
Mengamati kerja Rf
|
Rf
berbeda-beda
|
- Hasil
pengamatan II
Senyawa dan perbandingan
|
Panjang plat
|
Jarak tempuh noda praktik dan
standar
|
Jarak tempuh eluen
|
Kloroform : metanol
( 5 : 1)
|
(6,3 × 1,3) cm
|
Noda praktik 4,9 cm
|
5,7 cm
|
Kloroform : metanol
( 15: 1)
|
(5 × 1,2) cm
|
Noda pratik 4,5 cm
|
5 cm
|
Kloroform : metanol
(25 : 1)
|
(7×1,3) cm
|
Noda praktik 5,4 cm
Noda standar 6,2 cm
|
6 cm
|
Kloroform : dietil eter
( 1: 3)
|
(6 × 1,9) cm
|
Noda praktik 3 cm
Noda standar 2,4 cm
|
5,4 cm
|
Kloroform : dietil eter
(1 :2)
|
(6 × 1) cm
|
Noda praktik 4cm
Noda standar 4,3cm
|
5 cm
|
- Perhitungan
a.
Kloroform: Metanol dengan perbandingan 5 : 1
Dik : jarak tempuh noda praktik dan
eluen = 4,9 cm
Jarak tempuh eluen = 5,7 cm
Dit : Rf =?
Peny:
Rumus :
Rf =
=
cm
Ket : Rf praktik = Rf
standar = 0,86 cm
b.
Kloroform: Metanol dengan perbandingan 15 : 1
Dik : jarak tempuh noda praktik dan
standar = 4,5 cm
Jarak tempuh eluen = 5 cm
Dit : Rf =?
Peny:
Rumus :
Rf =
=
Ket : Rf praktik = Rf standar
= 0,9 cm
c.
Kloroform: Metanol dengan perbandingan 25 : 1
Dik : jarak tempuh noda praktik =
5,4 cm
jarak tempuh noda standar = 6,2 cm
Jarak tempuh eluen = 6 cm
Dit : Rf =?
Peny:
Rumus :
Rf (praktik)
=
=
Rf (standar) =
=
d.
Kloroform : dietil eter dengan perbandingan 1 : 2
Dik : jarak tempuh noda praktik = 4 cm
jarak tempuh noda standar 4,3 cm
Jarak tempuh eluen = 5 cm
Dit : Rf =?
Peny:
Rumus :
Rf (praktik)
=
=
Rf (standar) =
=
e.
Kloroform : dietil eter dengan perbandingan 1 : 3
Dik : jarak tempuh noda praktik = 3
cm
jarak tempuh noda standar = 2,4 cm
Jarak tempuh eluen = 5,4cm
Dit : Rf =?
Peny:
Rumus :
Rf (praktik)
=
=
Rf (standar) =
=
G. PEMBAHASAN
Kromatografi
lapis tipis adalah kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau alumunium
yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk
lainnya. Kromatografi lapis tipis pada umumnya dijadikan metode
pilihan pertama pada pemisahan dengan kromatografi.
Pada
percobaan ini, kita melakukan identifikasi kurkumin pada kunyit dengan metode
kromatografi lapis tipis.
Langkah
pertama yang dilakukan adalah mengekstraksi serbuk kunyit yang telah ditimbang
secara soxhletasi yakni penyarian simplisia secara
berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan
penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan
turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam
labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Berikut adalah skema kerja
soxhletasi.
Dibungkus dengan kertas saring/ tempat tertentu
Dimasukkan ke dalam alat
soklet
Dipanaskan pada suhu tertentu sampai mendidih
Ekstrak terekstraksi seluruhnya
Setelah diekstraksi, kemudian
langkah selanjutnya adalah menghilangkan pelarut yang ada pada minyak temulawak
melalui metode evaporasi. Proses pemisahan ekstrak
dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu
erlenmeyer, cairan penyari dapat menguap 5-10º C di bawah titik didih
pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan
pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami
kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam
labu alas bulat penampung.
Minyak
kunyit
Langkah selanjutnya adalah melakukan
identifikasi kurkumin pada kunyit dengan metode kromatografi lapis tipis.
Metode ini adalah metode pemisahan yang terdiri dari dua fase yaitu fase diam
dan fase mobil.
Prinsip kerja metode ini adalah pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip partisi dan
adsorpsi secara selektif karena adanya perbedaan daya serap terhadap adsorben
dan kelarutan komponen kimia terhadap cairan pengelusi.
Fase diam pada KLT adalah sebuah
lapis tipis silika atau alumina dan fase mobilnya adalah eluen. Fase diam KLT
terbuat dari serbuk halus dengan ukuran 5-50
m dan serbuk halus ini dapat berupa suatu adsorben
dimana adsorben yang dapat digunakan sebagai serbuk halus yaitu alumina atau
serbuk selulosa. Sedangkan fase mobil yaitu eluen yang terdiri dari beberapa
campuran pelarut dalam hal ini hádala kloroform, dietyl eter, dan metanol
dengan perbandingan yang berbeda-beda.
Langkah pertama yang dilakukan pada
KLT adalah minyak yang diperoleh dari hasil ekstraksi dan evaporasi di totolkan
dengan menggunakan piper mikro pada sebuah plat KLT sebagai fase diam. Kemudian
plat tersebut dimasukkan dalam cember yang berisi eluen dimana eluen ini adalah
sebagai fase mobil, selanjutnya cember ditutup dengan kaca.
Pelarut yang dipakai sebagai eluen
adalah kloroform, eter dan metanol dimana eluen ini memiliki kemurnian yang
tinggi karena terdapatnya sejumlah kecil air atau zat pengotor lainnya dapat
menghasilkan kromatogram yang tidak diharapkan. Oleh karena itu, cember yang
dipakai harus kering dan bersih dari komponen air.
Alasan
untuk menutup cember adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam cember
terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam cember
biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut.
Kondisi jenuh dalam cember dengan uap mencegah penguapan pelarut. Karena
pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari
campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak
sebagai perbedaan bercak warna.
Pelarut dapat mencapai sampai pada
bagian atas dari lempengan. Ini akan memberikan pemisahan maksimal dari
komponen-komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu dari pelarut dan fase
diam.
Setetes campuran ditempatkan pada
garis dasar lempengan lapis tipis dan bercak-bercak kecil yang telah diketahui
juga ditempatkan pada disamping tetesan yang akan diidentifikasi. Lempengan
lalu ditempatkan pada posisi berdiri dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan
seperti sebelumnya. Setelah dimasukkan kedalam cember, kemudian dibiarkan agar
eluen pada cember teradsorbsi dan membawa sampel naik keatas pada plat sehingga
akan diketahui noda pada plat KLT tersebut.
Telah diketahui
bahwa fase diam yang digunakan adalah plat KLT dimana plat ini mengandung
alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus
–OH. Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan
senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar.
Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana
halnya pergerakan pelarut.
Bagaimana
cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan, tergantung
pada:
·
Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut. Hal ini
bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan
pelarut (eluen).
·
Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya plat
alumina. Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan
plat alumina.
Proses pengembangan umumnya lebih
cepat, memerlukan waktu 10 hingga 1 jam lebih. Pengembangan 5 menit dapat
dilakukan secara sempurna dengan menggunakan kaca objek mikroskop sebagai papan
KLT.
Pengukuran
diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang
muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan
jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing. Ketika pelarut mendekati
bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari cember dan posisi pelarut
ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan.
Kemudian
mengamati kerja Rf yakni berapa jarak yang ditempuh cuplikan
(sampel) dan berapa jarak yang ditempuh pelarut (eluen) yang dapat
diidentifikasi dari plat KLT tersebut. Untuk mengetahuinya, digunakan mistar
untuk mengukur berapa panjang eluen bergerak dan cuplikan terbawa oleh eluen.
Dalam percobaan
ini ada beberapa Rf yang diuji yaitu kloroform : metanol dengan perbandingan 5 :1,
kloroform : metanol dengan perbandingan 15 :1 , klorofor : metanol dengan
perbandingan 25 :1 , kloroform : dietil
eter dengan perbandingan 1:2 dan kloroform : dietil eter dengan perbandingan
1:3 Berdasarkan percobaan, nilai Rf diperoleh sebagai berikut:
Untuk kloroform : metanol dengan perbandingan 5
:1,diperoleh:
Rf (praktik dan standar )= 0,86 cm
Untuk kloroform : metanol dengan perbandingan 5 :1,
diperoleh:
Rf (standar )=
0,9 cm
Untuk kloroform : metanol dengan perbandingan 5 :1,
diperoleh:
Rf ( praktik) =
0,9 cm
Rf (standar) =
1,03 cm
Untuk kloroform : dietil eter dengan perbandingan 1:2,
diperoleh:
Rf (praktik)= 0,8
cm
Rf (standar)=
0,86 cm
Untuk kloroform : dietil eter dengan perbandingan 1:3,
diperoleh:
Rf (praktik) = 0,56 cm
Rf (standar ) = 0,44
cm
Berdasarkan hasil yang diperoleh, bercak noda pada plat KLT untuk sampel
yang di uji kloroform:
methanol dengan perbandingan 25 : 1
kloroform: dietil eter dengan perbandingan 1 : 2 dan kloroform: dietil eter dengan perbandingan 1
: 3 berbeda dengan bercak noda standar. Sedangkan untuk uji
kloroform: methanol dengan perbandingan 5: 1 dan kloroform: methanol dengan
perbandingan 15 : 1 sama dengan bercak noda standar. Namun dari semua itu yang
sampel yang paling bagus adalah uji sampel kloroform: methanol dengan
perbandingan 5:1. Sedangkan sampel yang
lainnya kurang akurat. Hal ini disebabkan karena beberapa hal antara lain:
Cara menotolkan sampel pada plat KLT
Sifat –sifat zat pelarut yang digunakan
Banyaknya sampel yang ditotolkan
H.
Kesimpulan
Berdasarkan atas percobaan dan pembahasannya maka adapun beberapa
kesimpulan yang dapat ditarik yaitu :
a. Pemisahan metode kromatografi memiliki fase diam (plat KLT) dan fase gerak
(eluen).
b. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak dengan laju yang berbeda pula.
c. Pelarut (eluen) pada plat KLT bergerak lebih cepat dibandingkan sampel.
d. Nilai Rf yang akurat terjadi pada sampel kloroform : metanol dengan
perbandingan 5 :1 dengan nilai Rf = 0,86
e. Noda yang terbentuk pada plat KLT berwarna kuning.
f. Kurkumin dalam kunyit dapat diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis.
Praktikan
BAMBANG
441410046
|
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2012.
Pengertian Kurumin.online.
Anonim,2012.
Pengertian Kromatografi .online.
Bresnick,
Stephen. 2003. Intisari Kimia Organik.
Jakarta: Hipokrates.
Hendayana, Sumar. 2006. Kimia Pemisahan: Metode Kromatografi dan Elektroforesis
Modern. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Lukum, Astin P. 2009. Bahan Ajar:
Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Gorontalo: Jurusan Pendidikan Kimia UNG.
Soebagio. 2005. Kimia Analitik II.
Malang: UM Press.
Team Teacheng. 2009. Penuntun
Praktikum DDPA. Gorontalo: Jurusan Pendidikan Kimia UNG
[4] Hendayana; Pengertian Kromatografi ,Kimia Pemisahan; 2006: 1-2
[5] Lukum,
astin . P. 2012. Modul praktikum Dasar –Dasar pemisahan analitik.
[6] Hendayana; Kimia Pemisahan; 2006: 1-2
[7]Soebagioi; Kimia Analitik; 2005: 89
[8] Anonym ,2012. Fasa diam dan fasa gerak.
Online
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM DASAR – DASAR
PEMISAHAN ANALITIK
PERCOBAAN V
IDENTIFIKASI
KURKUMIN
PADA KUNYIT
SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
DISUSUN OLEH :
BAMBANG
441410046
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2012
PERCOBAAN V
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
A.
JUDUL : Identifikasi Kurkumin pada Kunyit secara
Kromatografi Lapis Tipis
B.
Tujuan :
Identifikasi senyawa sampel yang mengandung kurkumin dengan menggunakan KLT..
C.
Dasar Teori
- Kurkumin dari Kunyit
a. Pengertian
Kurkumin atau kurkuminoid adalah suatu campuran yang kompleks berwarna
kuning oranye yang diisolasi dari tanaman dan memiliki efek terapeutik,
terdapat pada berbagai jenis Curcuma
sp, antara lain pada kunyit dan temulawak, yang telah dikenal di kalangan
industri jamu/obat tradisional dan banyak digunakan sebagai bahan baku dalam
ramuan jamu[1].
b. Kegunaan Kurumin
Kurkumin baik dari kunyit dan temulawak, telah terbukti secara ilmiah
melalui berbagai pengujian pre-klinik dan klinik, berkhasiat untuk mengobati
berbagai macam penyakit degeneratif seperti kardiovaskular, stroke, reumatik,
sebagai anti oksidan yang mengikat radikal bebas, penurun kadar lipid darah,
meluruhkan plak pada otak penderita penyakit Alzheimer, kemampuan memerangi sel
kanker dan infeksi virus maupun bakteri.
Kunyit maupun temulawak sangat
prospektif untuk dikembangkan menjadi berbagai produk obat bahan alam seperti
minuman kesehatan, pangan fungsional (nutraseutikal), kosmeseutikal (kometik
dan produk kesehatan pribadi), jamu, herbal terstandar dan fitofarmaka dengan
label global (global brand)[3].
- Kromatografi
lapis tipis
a.
Pengertian
` Pemisahan komponen kimia berdasarkan
prinsip adsorbsi dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan
fase gerak (eluen), komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena
daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga
komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat
kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan[4].
b. Prinsip Dasar
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip partisi dan adsorpsi secara
selektif karena adanya perbedaan daya serap terhadap adsorben dan kelarutan
komponen kimia terhadap cairan pengelusi[5].
Metode pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan distribusi
molekul-molekul komponen antara dua fasa ( fasa gerak dan fasa diam ). Yang
kepolarannya berbeda. Apabila molekul-molekul kompinen berinteraksi secara
lemah dengan fasa diam maka komponen tersebut akan bergerak lebih cepat
meninggalkan fasa diam,. Keberhasilan pemisahan kromatografi bergantung pada
daya inteaksi komponen-komponen campuran dengan fasa diam dan fasa gerak. Apabila dua atau lebih komponen memiliki daya
intaraksi dengan fasa diam atau fasa gerak yang hampir sama maka komponen
tersebur sulit dipisahkan[6].
c. Proses kromatografi
Kromatografi digunakan untuk
memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk
kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau
kombinasi cairan-padatan) dan fase
gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam
dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen
yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. Kita akan membahasnya lebih lanjut..
Pada dasarnya kromatografi lapis tipis sangat mirip dengan kromatografi
kertas, terutama pada cara melakukannya. Perbedaan nyata terlihat pada media
pemisahannya, yakni digunakannya lapis tipis adsorben halus yang tersangga pada
papan kaca, aluminium atau plastik sebagai pengganti kertas. Lapisan tipis
adsorben ini pada proses pemisahan berlaku sebagai fase diam[7].
Pelaksaanan
kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina
yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras.
Jel
silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis
tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam
sinar ultra violet, alasannya akan dibahas selanjutnya. Fase gerak merupakan
pelarut atau campuran pelarut yang sesuai[8].
Umumnya, fase diam bersifat polar, dan
senyawa polar akan melekat lebih kuat pada lempeng daripada senyawa nonpolar
akibat interaksi tarik-menarik dipole-dipol. Senyawa polar
cenderung berdekatan dengan tempat semula dibandingkan senyawa nonpolar.
Senyawa nonpolar kurang melekat erat pada fase diam polar sehingga bergerak
maju lebih jauh ke atas lempeng. Jadi, jarak tempuh ke atas lempengan merupakan
cerminan polaritas senyawa. Peningkatan polaritas pelarut akan menurunkan
interaksi senyawa dengan fase diam sehingga memungkinkan senyawa dalam fase
gerak bergerak jauh pada lempeng.
Campuran
hasil reaksi diteteskan bersamaan dengan zat mula. Pelarut kemudian dibiarkan
bergerak naik pada lempeng dan akan diketahui bahwa hampir seluruh zat mula
menghilang dan dua produk terbentuk[9].
D. Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat soxhletasi Neraca analitik Alat evaporasi
Kertas saring Erlenmeyer Penangas
Cember Plat
KLT Kaca
Pipet
tetes
2. Bahan
No
|
Bahan
|
Sifat
kimia
|
1
|
Serbuk temulawak
|
Non polar
|
2
|
n-heksan
|
Elektrolit kuat
|
3
|
Kloroform
|
Semi polar
|
4
|
Dietyl eter
|
Non polar
|
5
|
Metanol
|
Semi polar
|
6
|
Kurkumin standar
|
Polar
|
E. Prosedur Kerja
- Mengekstraksi Serbuk Temulawak
Serbuk kunyit
|
-
Ditimbang
sebanyak 25 gr
-
Dibungkus
dengan kertas saring
|
25 gr tepung
kunyit
|
-
Dimasukkan
kedalam tempat ekstraktor soxhlet
-
Memasukkan
200 mL n-hexan dan batu didih kedalam labu bulat
-
Mengalirkan
air pada pendingin
|
Labu alas bulat
200 mL n-heksan + batu didih
|
-
Dipanaskan
dengan penangas air
-
Ekstraksi dilakukan sampai sebuk terekstraksi
sempurna
-
Didinginkan
-
Menguapkan pelarut dengan cara evaporasi pada
evaprator
|
ekstrak (minyak
kunyit)
|
-
Ditimbang
|
Residu
|
|
- Identifikasi Kurkumin Minyak Kunyit secara KLT
Ekstrak minyak kunyit
|
-
Diambil
dengan piper mikro
-
Di totolkan pada plat
KLT
-
Dimasukkan dalam cember yang berisi eluen
-
Mengamati kerja Rf
-
Mengamati warna yang terbentuk
-
Menggambarkan
|
Bercak-bercak
noda pada plat KLT (warna kuning)
|
F.
Hasil Pengamatan
- Hasil
pengamatan I
No
|
Perlakuan
|
Hasil
pengamatan
|
1
|
Mengiris
daging buah kunyit
|
Irisan
daging kunyit
|
2
|
Menggerus
kunyit yang telah diiris
|
kunyit
halus
|
3
|
Menimbang
25 gram
|
25
gram kunyit
|
4
|
Membungkus
dengan kertas saring
|
Bungkusan
kunyit
|
5
|
Memasukkan
dalam tempat ekstraksi soxhlet
|
Bungkusan
kunyit dalam klonsong
|
6
|
Mengisi
300 mL n-heksan dan batu didih dalam labu alas bulat
|
Larutan
n-heksan dan batu didih dalam labu alas baulat
|
7
|
Mengalirkan
pendingin air
|
Air
mengalir ke kondensor
|
8
|
Memanaskan
labu alas bulat dengan penangas air
|
Larutan
mendidih
|
9
|
Mengekstraksi
sampel selama 3 jam
|
Terjadi
22 kali sirkulasi
|
10
|
Mendinginkan
labu alas bulat
|
Larutan
dingin
|
11
|
Menguapkan
pelarut dengan cara evaporasi pada evaporator
|
Terjadi
penguapan
|
12
|
Menimbang
minyak kunyit dari residu
|
13,04
gram minyak kunyit + botol vial
|
13
|
Minyak
kunyit ditotolkan pada lapis tipis dan dimasukkan
dalam chember yang berisi eluen
|
Noda
bergerak menuju bagian atas lempeng
|
14
|
Mengamati warna noda
|
Warna
bintik- bintik kuning
|
15
|
Mengamati kerja Rf
|
Rf
berbeda-beda
|
- Hasil
pengamatan II
Senyawa dan perbandingan
|
Panjang plat
|
Jarak tempuh noda praktik dan
standar
|
Jarak tempuh eluen
|
Kloroform : metanol
( 5 : 1)
|
(6,3 × 1,3) cm
|
Noda praktik 4,9 cm
|
5,7 cm
|
Kloroform : metanol
( 15: 1)
|
(5 × 1,2) cm
|
Noda pratik 4,5 cm
|
5 cm
|
Kloroform : metanol
(25 : 1)
|
(7×1,3) cm
|
Noda praktik 5,4 cm
Noda standar 6,2 cm
|
6 cm
|
Kloroform : dietil eter
( 1: 3)
|
(6 × 1,9) cm
|
Noda praktik 3 cm
Noda standar 2,4 cm
|
5,4 cm
|
Kloroform : dietil eter
(1 :2)
|
(6 × 1) cm
|
Noda praktik 4cm
Noda standar 4,3cm
|
5 cm
|
- Perhitungan
a.
Kloroform: Metanol dengan perbandingan 5 : 1
Dik : jarak tempuh noda praktik dan
eluen = 4,9 cm
Jarak tempuh eluen = 5,7 cm
Dit : Rf =?
Peny:
Rumus :
Rf =
=
cm
Ket : Rf praktik = Rf
standar = 0,86 cm
b.
Kloroform: Metanol dengan perbandingan 15 : 1
Dik : jarak tempuh noda praktik dan
standar = 4,5 cm
Jarak tempuh eluen = 5 cm
Dit : Rf =?
Peny:
Rumus :
Rf =
=
Ket : Rf praktik = Rf standar
= 0,9 cm
c.
Kloroform: Metanol dengan perbandingan 25 : 1
Dik : jarak tempuh noda praktik =
5,4 cm
jarak tempuh noda standar = 6,2 cm
Jarak tempuh eluen = 6 cm
Dit : Rf =?
Peny:
Rumus :
Rf (praktik)
=
=
Rf (standar) =
=
d.
Kloroform : dietil eter dengan perbandingan 1 : 2
Dik : jarak tempuh noda praktik = 4 cm
jarak tempuh noda standar 4,3 cm
Jarak tempuh eluen = 5 cm
Dit : Rf =?
Peny:
Rumus :
Rf (praktik)
=
=
Rf (standar) =
=
e.
Kloroform : dietil eter dengan perbandingan 1 : 3
Dik : jarak tempuh noda praktik = 3
cm
jarak tempuh noda standar = 2,4 cm
Jarak tempuh eluen = 5,4cm
Dit : Rf =?
Peny:
Rumus :
Rf (praktik)
=
=
Rf (standar) =
=
G. PEMBAHASAN
Kromatografi
lapis tipis adalah kromatografi yang menggunakan lempeng gelas atau alumunium
yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan serbuk
lainnya. Kromatografi lapis tipis pada umumnya dijadikan metode
pilihan pertama pada pemisahan dengan kromatografi.
Pada
percobaan ini, kita melakukan identifikasi kurkumin pada kunyit dengan metode
kromatografi lapis tipis.
Langkah
pertama yang dilakukan adalah mengekstraksi serbuk kunyit yang telah ditimbang
secara soxhletasi yakni penyarian simplisia secara
berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan
penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan
turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam
labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Berikut adalah skema kerja
soxhletasi.
Dibungkus dengan kertas saring/ tempat tertentu
Dimasukkan ke dalam alat
soklet
Dipanaskan pada suhu tertentu sampai mendidih
Ekstrak terekstraksi seluruhnya
Setelah diekstraksi, kemudian
langkah selanjutnya adalah menghilangkan pelarut yang ada pada minyak temulawak
melalui metode evaporasi. Proses pemisahan ekstrak
dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu
erlenmeyer, cairan penyari dapat menguap 5-10º C di bawah titik didih
pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan
pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami
kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam
labu alas bulat penampung.
Minyak
kunyit
Langkah selanjutnya adalah melakukan
identifikasi kurkumin pada kunyit dengan metode kromatografi lapis tipis.
Metode ini adalah metode pemisahan yang terdiri dari dua fase yaitu fase diam
dan fase mobil.
Prinsip kerja metode ini adalah pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip partisi dan
adsorpsi secara selektif karena adanya perbedaan daya serap terhadap adsorben
dan kelarutan komponen kimia terhadap cairan pengelusi.
Fase diam pada KLT adalah sebuah
lapis tipis silika atau alumina dan fase mobilnya adalah eluen. Fase diam KLT
terbuat dari serbuk halus dengan ukuran 5-50
m dan serbuk halus ini dapat berupa suatu adsorben
dimana adsorben yang dapat digunakan sebagai serbuk halus yaitu alumina atau
serbuk selulosa. Sedangkan fase mobil yaitu eluen yang terdiri dari beberapa
campuran pelarut dalam hal ini hádala kloroform, dietyl eter, dan metanol
dengan perbandingan yang berbeda-beda.
Langkah pertama yang dilakukan pada
KLT adalah minyak yang diperoleh dari hasil ekstraksi dan evaporasi di totolkan
dengan menggunakan piper mikro pada sebuah plat KLT sebagai fase diam. Kemudian
plat tersebut dimasukkan dalam cember yang berisi eluen dimana eluen ini adalah
sebagai fase mobil, selanjutnya cember ditutup dengan kaca.
Pelarut yang dipakai sebagai eluen
adalah kloroform, eter dan metanol dimana eluen ini memiliki kemurnian yang
tinggi karena terdapatnya sejumlah kecil air atau zat pengotor lainnya dapat
menghasilkan kromatogram yang tidak diharapkan. Oleh karena itu, cember yang
dipakai harus kering dan bersih dari komponen air.
Alasan
untuk menutup cember adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam cember
terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam cember
biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut.
Kondisi jenuh dalam cember dengan uap mencegah penguapan pelarut. Karena
pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari
campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak
sebagai perbedaan bercak warna.
Pelarut dapat mencapai sampai pada
bagian atas dari lempengan. Ini akan memberikan pemisahan maksimal dari
komponen-komponen yang berwarna untuk kombinasi tertentu dari pelarut dan fase
diam.
Setetes campuran ditempatkan pada
garis dasar lempengan lapis tipis dan bercak-bercak kecil yang telah diketahui
juga ditempatkan pada disamping tetesan yang akan diidentifikasi. Lempengan
lalu ditempatkan pada posisi berdiri dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan
seperti sebelumnya. Setelah dimasukkan kedalam cember, kemudian dibiarkan agar
eluen pada cember teradsorbsi dan membawa sampel naik keatas pada plat sehingga
akan diketahui noda pada plat KLT tersebut.
Telah diketahui
bahwa fase diam yang digunakan adalah plat KLT dimana plat ini mengandung
alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus
–OH. Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan
senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar.
Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana
halnya pergerakan pelarut.
Bagaimana
cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan, tergantung
pada:
·
Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut. Hal ini
bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan
pelarut (eluen).
·
Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya plat
alumina. Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan
plat alumina.
Proses pengembangan umumnya lebih
cepat, memerlukan waktu 10 hingga 1 jam lebih. Pengembangan 5 menit dapat
dilakukan secara sempurna dengan menggunakan kaca objek mikroskop sebagai papan
KLT.
Pengukuran
diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang
muncul. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan
jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing. Ketika pelarut mendekati
bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari cember dan posisi pelarut
ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan.
Kemudian
mengamati kerja Rf yakni berapa jarak yang ditempuh cuplikan
(sampel) dan berapa jarak yang ditempuh pelarut (eluen) yang dapat
diidentifikasi dari plat KLT tersebut. Untuk mengetahuinya, digunakan mistar
untuk mengukur berapa panjang eluen bergerak dan cuplikan terbawa oleh eluen.
Dalam percobaan
ini ada beberapa Rf yang diuji yaitu kloroform : metanol dengan perbandingan 5 :1,
kloroform : metanol dengan perbandingan 15 :1 , klorofor : metanol dengan
perbandingan 25 :1 , kloroform : dietil
eter dengan perbandingan 1:2 dan kloroform : dietil eter dengan perbandingan
1:3 Berdasarkan percobaan, nilai Rf diperoleh sebagai berikut:
Untuk kloroform : metanol dengan perbandingan 5
:1,diperoleh:
Rf (praktik dan standar )= 0,86 cm
Untuk kloroform : metanol dengan perbandingan 5 :1,
diperoleh:
Rf (standar )=
0,9 cm
Untuk kloroform : metanol dengan perbandingan 5 :1,
diperoleh:
Rf ( praktik) =
0,9 cm
Rf (standar) =
1,03 cm
Untuk kloroform : dietil eter dengan perbandingan 1:2,
diperoleh:
Rf (praktik)= 0,8
cm
Rf (standar)=
0,86 cm
Untuk kloroform : dietil eter dengan perbandingan 1:3,
diperoleh:
Rf (praktik) = 0,56 cm
Rf (standar ) = 0,44
cm
Berdasarkan hasil yang diperoleh, bercak noda pada plat KLT untuk sampel
yang di uji kloroform:
methanol dengan perbandingan 25 : 1
kloroform: dietil eter dengan perbandingan 1 : 2 dan kloroform: dietil eter dengan perbandingan 1
: 3 berbeda dengan bercak noda standar. Sedangkan untuk uji
kloroform: methanol dengan perbandingan 5: 1 dan kloroform: methanol dengan
perbandingan 15 : 1 sama dengan bercak noda standar. Namun dari semua itu yang
sampel yang paling bagus adalah uji sampel kloroform: methanol dengan
perbandingan 5:1. Sedangkan sampel yang
lainnya kurang akurat. Hal ini disebabkan karena beberapa hal antara lain:
Cara menotolkan sampel pada plat KLT
Sifat –sifat zat pelarut yang digunakan
Banyaknya sampel yang ditotolkan
H.
Kesimpulan
Berdasarkan atas percobaan dan pembahasannya maka adapun beberapa
kesimpulan yang dapat ditarik yaitu :
a. Pemisahan metode kromatografi memiliki fase diam (plat KLT) dan fase gerak
(eluen).
b. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak dengan laju yang berbeda pula.
c. Pelarut (eluen) pada plat KLT bergerak lebih cepat dibandingkan sampel.
d. Nilai Rf yang akurat terjadi pada sampel kloroform : metanol dengan
perbandingan 5 :1 dengan nilai Rf = 0,86
e. Noda yang terbentuk pada plat KLT berwarna kuning.
f. Kurkumin dalam kunyit dapat diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis.
Praktikan
BAMBANG
441410046
|
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2012.
Pengertian Kurumin.online.
Anonim,2012.
Pengertian Kromatografi .online.
Bresnick,
Stephen. 2003. Intisari Kimia Organik.
Jakarta: Hipokrates.
Hendayana, Sumar. 2006. Kimia Pemisahan: Metode Kromatografi dan Elektroforesis
Modern. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Lukum, Astin P. 2009. Bahan Ajar:
Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Gorontalo: Jurusan Pendidikan Kimia UNG.
Soebagio. 2005. Kimia Analitik II.
Malang: UM Press.
Team Teacheng. 2009. Penuntun
Praktikum DDPA. Gorontalo: Jurusan Pendidikan Kimia UNG
[4] Hendayana; Pengertian Kromatografi ,Kimia Pemisahan; 2006: 1-2
[5] Lukum,
astin . P. 2012. Modul praktikum Dasar –Dasar pemisahan analitik.
[6] Hendayana; Kimia Pemisahan; 2006: 1-2
[7]Soebagioi; Kimia Analitik; 2005: 89
[8] Anonym ,2012. Fasa diam dan fasa gerak.
Online
[9] Bresnick;
intisari kimia organik; 2003: 97
Tidak ada komentar:
Posting Komentar